Legenda dan Sejarah Desa Bebetin
12 November 2020 12:19:30 WITA
Desa Bebetin dalam beberapa sumber disebut dengan berbagai nama antara lain : Banwa Baru, Gunung Bongga, Sari Wukiran dan Bebetin.
Nama Banwa Bharu pertama kali terbaca dalam Prasasti Bebetin yang bertahun Caka 818 atau 896 Masehi Prasasti ini berbahasa Bali Kuno. Prasasti ini berisi keterangan tentang suatu desa (banwa) bharu, atau secara lengkapnya kuta di banwa bharu, yang bermakna desa bharu yang berbenteng. Prasasti Bebetin AI ini tidak menyebutkan nama raja yang mengeluarkan prasasti, namun menyebutkan nama kraton, yang dinamakan panglapukan di Singamandawa. Dalam prasasti diceritakan tentang desa itu yang diserang atau dirusak oleh perampok. Banyak penduduk mati terbunuh atau terluka, serta banyak pula yang mengungsi ke desa-desa tetangga. Setelah keadaan aman, penduduk lalu kembali ke desa bharu. Kemudian raja menyuruh pejabat nayakan pradhana, yaitu kumpi ugra dan bhiksu Widya Ruwana untuk memimpin pembangunan kuil Hyang Api, dengan tujuan untuk melengkapi desa tersebut dalam bidang spiritual, pada batas-batas wilayah yang telah ditentukan yaitu:batas timur Menanga, batas selatan Bukit Mengandang, batas barat tukad Batang dan utara laut
Banwa Bharu adalah sebuah desa yang secara struktural telah mempunyai sistem pemerintahan yang teratur. Dalam lembar Va No 301. AII disebutkan pejabat pejabat desa pada waktu itu sebagai berikut :
Pangulun Desa : I Basta
Juru Surat : I Tayung
Hulu Lapu : I Kunceng
Kulapati : I Sadnyana
Pangamong : I Gansur dan I Rawit
Dalam prasasti juga disebutkan bahwa penduduk banwa bharu selain bercocok tanam juga memelihara ternak, sebagai undagi dan pande serta kegiatan seni seperti pamukul (penabuh gamelan), Pagending (Pesinden), Pabunying (Penabuh angklung), Papadaha (Penabuh kendang), Parbhangsi (Peniup seruling besar), Patapukan (Perkumpulan topeng) dan Parbwayang (dalang).
Pada tahun saka 972 atau 1050 Masehi disebutkan pejabat-pejabat di Banwa Bharu datang menghadap Raja Anak Wungsu. Mereka memohon agar sri baginda berkenan meninjau kembali isi prasasti terdahulu. Mereka juga melaporkan bahwa Banwa Bharu rusak di serang musuh Wong Bajo. Karena musibah yang menimpa Banwa Bharu tersebut, maka oleh raja, penduduk Banwa Bharu diberikan keringanan berupa bebas pajak.
Bila disimak Banwa Bharu seringkali diserang oleh bajak laut, akibat serangan tersebut Banwa Bharu mengalami kerusakan, dan tidak bisa diperbaiki hingga kemudian Banwa Bharu lenyap dan berubah menjadi semak belukar ( Betbetan = bahasa Bali).
Pada tahun 1260 masehi yaitu pada masa pemerintahan Dalem Ketut Ngulesir disebutkan beliau mengutus putra Ki Pasek Gelgel, cucu dari Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel untuk memegang wilayah Bali Utara, sebelah Barat Pakwan ( Pakisan ) yang disebut dengan daerah Gunung Bongga. Gunung Bongga berarti daerah pegunungan yang kaya akan pohon buah-buahan, di samping disebut Gunung Bongga, daerah ini juga disebut Sari Wukiran yang juga bermakna hasil daerah pegunungan. Nama-nama desa tetangga disebutkan antara lain Sari Serodan (Sawan), Sari Aji (Sudaji) dan Sari Kumpul (Sekumpul). Setelah diangkat beliau beserta pengikutnya mulai membuka hutan, merambas dan membongkar akar-akar pohon untuk dijadikan pemukiman, tegalan atau sawah. Membongkar dalam bahasa bali disebut bet. Dari kata Bet-bet-in inilah kemudian tempat itu disebut dengan nama Bebetin. Dan putra Ki Pasek Gelgel tersebut kemudian bergelar Ki Pasek Gelgel Bebetin.
Pada tahun 1815 disebut-sebutlah para tetua di Desa Bebetin, yaitu Jero Gede Pasek, Jero Gede Bendesa , Jero Pasek Gede Dana dari Kawanan, I Made Dwaja dari Kawanan, Kumpi Gumiana dari Pulasari, leluhurnya Buyut Sringanti dari warga Dalem Sukawati dan lain-lain. Beliau-beliau itulah yang diceritakan melanjutkan pembangunan di Desa Bebetin. Bebetin pun semakin marak berkembang dibarengi dengan datangnya warga-warga dari Bali Selatan maupun dari Bali Utara. Warga-warga ini menetap di Desa Bebetin dan menjadi kerama Desa bebetin. Disamping menjadi krama , tiap-tiap warga yang datang ke desa ini langsung membangun pura keluarga yang disebut panti, paibon, dadiya dan lain-lain. Sampai saat ini pura-pura keluarga di Desa Bebetin berjumlah 40 buah pura dengan anggota ( pengempon ) 3-250 KK. Sedangkan untuk Desa Adat Bebetin ditandai dengan adanya konsep Tri Hita Karana, yaitu Kahyangan Tiga (Pura Bukit, Pura Bale Agung, Pura Dalem, dan pura wewiden lainnya); Palemahan; dan Pawongan.
Pada tanggal 9 April 1946, di zaman revolusi fisik Bebetin kembali terukir dalam hiasan sejarah. Desa Bebetin menjadi lautan api, karena diserang oleh Nica Belanda. Kemudian Ketua Markas Suka ( I Gede Kojan ) bersama pemuda pejuang lainnya pindah ke Dusun Bingin Galungan. Korban pertempuran tak dapat dihindarkan. Pejuang yang gugur adalah I Made Wetan , Bapa Suweca , Bapa Tabanan, Nyoman Sedana, Cening Juita dan Ida Bagus Toya.
Demikianlah sekilas sejarah Desa Bebetin. Adapun nama-nama perbekel yang pernah menjabat hingga sekarang :
Tabel 2.1. Nama-nama Perbekel Desa Bebetin
NO. |
N A M A |
MASA JABATAN |
KETERANGAN |
1 |
I Gede Gading |
1834 |
|
2 |
Sumerai |
1884 - 1908 |
|
3 |
I Nyoman Rai |
1908 - 1925 |
|
4 |
Pan Sukadana |
1925 - 1942 |
|
5 |
I Gede Sari |
1942 - 1944 |
|
6 |
Ketut Redana |
1944 - 1956 |
|
7 |
I Gede Sari |
1956 - 1965 |
|
8 |
I Gede Kertia |
1965 - 1971 |
|
9 |
I Gede Kana Satia |
1971 - 1976 |
|
10 |
I Nyoman Dana |
1976 - 1978 |
Pegawai Camat Sawan |
11 |
I Wayan Daging |
1978 - 1987 |
|
12 |
Ketut Tiasa S. |
1987- 1990 |
Pejabat Sementara |
13 |
I Made Sukarta |
1990 - 1998 |
|
14 |
I Ketut Sumerada |
1998 - 2007 |
|
15 |
I Nyoman Meliun |
2007 - 2013 |
|
16 |
Drs. Ketut Laksana |
2014 - 2019 |
|
17 |
I Gede Susanta |
2019 - 2025 |
|
Komentar atas Legenda dan Sejarah Desa Bebetin
Formulir Penulisan Komentar
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |